Sekilas Sutta (Bag. Anguttara Nikaya): Inilah 10 Manfaat Perilaku Bermoral

10 Manfaat Perilaku Bermoral

Moralitas merupakan sesuatu yang perlu dijalankan dan dijaga dengan baik. Sebagai umat Buddha,  kita dilatih untuk menjalankan lima sila (Pancasila Buddhis). Selain itu, jika berkenan kita dapat meningkatkan sila dengan menjalankan Atthangasila, dan selanjutnya Dasasila, atau pada tataran yang lebih tinggi menjalankan peraturan moral sebagai anggota Sangha, yaitu Patimokkha Sila. Menjalankan perilaku bermoral memiliki manfaat dan dapat mengarahkan kita menuju pencapaian tujuan akhir, yaitu Nibbana.
Dalam Anguttara Nikaya, bagian Dasaka Nipata menjelaskan mengenai manfaat perilaku bermoral dan juga tentang yang tidak didapat orang yang tidak bermoral.

Orang yang bermoral
(1) pada seorang yang bermoral, maka 
(2) akan memperoleh ketidak-menyesalan, maka
(3) akan memperoleh kegembiraan, maka
(4) akan memperoleh sukacita, maka
(5) akan memperoleh ketenangan, maka
(6) akan memperoleh kenikmatan, maka
(7) akan timbul konsentrasi benar, maka
(8) akan timbul pengetahuan dan penglihatan pada segala sesuatu sebagaimana adanya, maka 
(9) akan timbul kekecewaan dan kebosanan  terhadap hal duniawi, maka
(10) akan timbul pengetahuan dan penglihatan pada kebebasan.

Sebagai contoh:
Ketika ujian, setelah belajar dengan baik sebelumnya, A menjawab soal dengan jawaban sendiri, tidak berusaha menyontek, karena ia tahu bahwa menyontek bukan cerminan pelaksanaan sila keempat dari Pancasila Buddhis. Dan selesai ujian itu, A tidak menyesal, karena apa yang dijawab sesuai dengan kemampuannya, ia tidak ada pikiran atau rasa bersalah yang membebani. Hasil ujian A cukup memuaskan. Ia pun merasa gembira, bangga terhadap dirinya sendiri karena ia dapat menjawab sesuai apa yang ia pelajari. Ia pun bersukacita, dan menjadi tenang karena ia telah menyelesaikan ujian tersebut dengan usaha yang maksimal. Ia menikmati kebahagiaan tersebut dan ia menilik lagi apa yang telah dilakukan sehingga akhirnya mengerti bahwa sesuatu itu memang seperti itu, seperti hukum kamma. Jika yang ditanam baik, maka hasilnya juga baik, begitu sebaliknya.

Orang yang tidak bermoral
(1) pada seorang yang tidak bermoral, maka 
(2) tidak akan timbul ketidak-menyesalan, maka
(3) tidak akan timbul kegembiraan, maka
(4) tidak akan timbul sukacita, maka
(5) tidak akan timbul ketenangan, maka
(6) tidak akan timbul kenikmatan(kebahagiaan), maka
(7) tidak akan timbul konsentrasi benar, maka
(8) tidak akan timbul pengetahuan dan penglihatan pada segala sesuatu sebagaimana adanya, maka
(9) tidak akan timbul kekecewaan dan kebosanan terhadap hal duniawi
(10) tidak akan timbul pengetahuan dan penglihatan kebebasan.

Sebagai contoh:
A mendapat tugas makalah dari dosen sejak dua minggu yang lalu, namun karena malas, ia tidak mengerjakan hingga sampai hari pengumpulan tugas. Akhirnya, A pun menyusun siasat agar tugasnya cepat selesai, yaitu dengan mengcopy-paste makalah milik temannya. A telah bersikap tidak jujur. Karena yang telah dilakukan tersebut, A menjadi merasa bersalah sehingga ia menyesal telah berbuat seperti itu. Penyesalan tersebut membuat ia tidak gembira, perasaannya tidak dipenuhi sukacita melainkan dukacita. Dengan kondisi pikiran negatif tersebut membuat ia menjadi tidak tenang. Dalam kondisi pikiran yang tidak tenang maka tidak ada kebahagiaan yang muncul. Ia tidak bisa berkonsentrasi karena tidak tenang, sehingga ia tidak bisa memperhatikan sesuatu sebagaimana adanya. Karena ia tidak melihat sesuatu yang ada sebagaimana adanya, maka ia tidak menyadari nafsu dan kebodohan telah berkembang dalam dirinya. Nafsu dan kebodohan yang berkembang dalam dirinya membuat ia terus melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak baik melalui pikiran, ucapan, dan jasmani. Ia tidak memiliki pikiran untuk terbebas dari semua itu.


Posting Komentar

0 Komentar