Sekilas Sutta (Bag. Anguttara Nikaya): Baca nasehat Buddha berikut agar tidak menjadi siswa yang pemalas

Enam Hal bagi Asal Mula Tindakan




Dalam kehidupan sebagai seorang manusia, secara umum kita mengenal ada dua jenis tindakan. Manusia mengenalnya sebagai tindakan baik dan tindakan tidak baik. Tindakan baik adalah tindakan melalui pikiran, ucapan, dan jasmani yang berdampak baik pada diri sendiri dan orang lain, tidak merugikan, tidak menyakiti, atau tidak  membawa dampak negatif, sebaliknya membawa manfaat, kebahagiaan, kedamaian bagi manusia--suatu tindakan yang tidak melanggar norma-norma yang berlaku. Tindakan buruk adalah tindakan melalui pikiran, ucapan, dan jasmani yang berdampak buruk pada diri sendiri dan orang lain, membawa dampak negatif, seperti menyakiti dan bersifat merugikan--suatu tindakan yang dapat melanggar norma-norma yang berlaku.

Tindakan-tindakan tersebut memiliki penyebab yang melandasinya. Tindakan atau perbuatan disebut dengan kamma, sebabnya terdiri dari 6 hal, yaitu: Lobha, Dosa, Moha, Alobha, Adosa, dan Amoha. Seperti yang ditulis dalam Anguttara Nikaya, sebagai berikut:
“Para bhikkhu, ada tiga penyebab ini bagi asal-mula kamma. Apakah tiga ini?
(1) Keserakahan adalah satu penyebab bagi asal mula kamma;
(2) kebencian adalah satu penyebab bagi asal-mula kamma;
(3) delusi adalah satu penyebab bagi asal-mula kamma."
Tiga penyebab ini merupakan asal-mula dari akusala kamma (tindakan tidak baik). Seseorang dapat melakukan suatu tindakan tidak baik dikarenakan 3 penyebab yaitu: Lobha (Keserakahan), Dosa (Kebencian), Moha (Delusi/Kebodohan Batin). Dari semua penyebab tersebut, kebodohan batinlah yang mendasari semua tindakan tidak baik.

Tindakan yang disebabkan oleh keserakahan, berkaitan dengan pemuasan keinginan yang menyenangkan indera. Sebagai contoh, ketika pembelajaran berlangsung, A sengaja tidur untuk memuaskan keinginan untuk menghilangkan rasa kantuk. Beristirahat sejenak membuat tubuh merasa nyaman. Lho, bukannya dengan begitu malah lebih baik? badan jadi segar kembali? Iya, memang dapat dikatakan seperti itu. Tetapi secara etika itu bukanlah tindakan yang baik, dan tindakan yang tidak baik akan menghasilkan yang tidak baik. Secara konkret, tindakan pada contoh tersebut mengakibatkan hal yang tidak baik, seperti tidak mengerti materi pelajaran, adanya perkataan yang tidak enak (misalnya dimarahi, dicibir, jadi bahan gosip). Inilah contoh keserakahan.

Selanjutnya adalah tindakan yang disebabkan oleh kebencian. Dalam Abhidhammatasangaha, terdapat dua definisi kebencian, yaitu berupa ketidaksukaan dan dendam. Tindakan yang didasarkan karena ketidaksukaan apabila terus dikembangkan akan menimbulkan dendam. Misalnya, seorang siswa tidak menyukai seorang guru karena cara mengajarnya yang membosankan, seperti terus memberi tugas dan dikumpulkan deadline waktu yang sangat singkat. Ketidaksukaan tersebut  lama kelamaan akan melekat dalam batin dan menimbulkan dendam. Dampak dari tindakan pikiran tersebut adalah ketidaknyamanan dari si pendendam itu sendiri. Dan jika orang tersebut tidak mampu menoleransi, kebencian yang muncul disalurkan dengan tindakan buruk melalui jasmani seperti (pemukulan, perkelahian) atau ucapan (cekcok, debat). Kejadian dan tindakan tidak baik ini seharusnya jangan sampai terjadi, apalagi dalam dunia pendidikan.

Berikutnya adalah kebodohan batin sebagai penyebab yang mempelopori semua tindakan tidak baik. Cirinya adalah ketidaktahuan tentang apa yang baik dan apa yang buruk. Misalnya seorang siswa terlena dalam kemalasan, sehingga ia tidak mengerjakan tugas. Akibatnya ketika satu hari sebelum deadline tiba, tugas dikerjakan dengan terburu-buru, selama satu harian dan begadang. Jika dibiarkan terus menerus, akan menjadi kebiasaan yang tidak baik dan mengakibatkan hal yang tidak baik, seperti masalah kesehatan fisik dan mental. Hal ini terjadi karena ketidaktahuan bahwa kemalasan dan menunda waktu adalah hal yang tidak baik.

Nah, tindakan-tindakan tersebut merupakan tindakan yang sebaiknya diminimalisir, karena akan menghasilkan hal yang tidak baik. Sebaliknya, ada tiga penyebab dari tindakan-tindakan baik, seperti yang dijelaskan dalam Chakka Nipata bagian dari Anguttara Nikaya sebagai berikut:
"Ini adalah tiga penyebab bagi asal-mula kamma. “Ada, para bhikkhu, tiga penyebab [lainnya] ini bagi asal-mula kamma. Apakah tiga ini?
(4) Ketidak-serakahan adalah satu penyebab bagi asal-mula kamma;
(5) ketidak-bencian adalah satu penyebab bagi asal-mula kamma;
(6) ketanpa-delusian adalah satu penyebab bagi asal-mula kamma."
Tiga penyebab ini merupakan asal-mula dari kusala kamma (tindakan baik). Seseorang dapat berbuat baik jika memiliki hiri(malu jika berbuat kejahatan) dan ottapa(takut akan akibat berbuat kejahatan).

Tindakan baik yang disebabkan oleh ketidakserakahan, yaitu pelepasan kemelekatan terhadap sesuatu yang menyenangkan inderawi. Sebagai contoh, dengan melakukan dana, melatih diri untuk mengendalikan nafsu melalui pelaksanaan sila, memahami  tentang anicca, dukkha, anatta. Simpelnya, ketidakserakahan adalah kebalikan dari keserakahan. 

Tindakan baik yang disebabkan oleh ketidakbencian dapat diwujudkan dengan cinta kasih. Sebagai contoh, pelatihan meditasi cinta kasih, penghayatan terhadap paritta Karaniyametta Sutta. 

Tindakan baik yang disebabkan oleh ketanpa-delusian atau kebijaksanaan (panna). Berarti tindakan baik ini terjadi disebabkan telah mengetahui apa yang baik dan apa yang tidak baik. Oleh karena adanya panna, seseorang melakukan tindakan baik yang tanpa keserakahan dan kebencian. Seseorang tahu bahwa berbuat baik akan menghasilkan yang baik dan berbuat buruk akan menghasilkan yang buruk. Sebagai contoh, jika siswa sudah tahu dan sadar bahwa kemalasan dan menunda tugas adalah hal yang tidak baik, ia akan berusaha untuk bersemangat dalam mengerjakan tugas.  

Suatu kamma baik yang dilakukan dapat mengondisikan manusia terlahir di alam yang berbahagia seperti alam dewa atau alam manusia. Sebaliknya suatu kamma tidak baik yang dilakukan dapat mengondisikan manusia terlahir di alam yang menderita seperti neraka, alam binatang, dan alam hantu menderita. Seperti yang dikatakan Buddha yang ditulis dalam Anguttara Nikaya, sebagai berikut:
“Bukanlah neraka, alam binatang, dan alam hantu menderita – serta alam tujuan yang buruk lainnya –yang terlihat karena kamma yang dihasilkan dari ketidak-serakahan, ketidak-bencian, dan ketanpa-delusian; melainkan, adalah [alam] para deva dan manusia – atau alam tujuan yang baik lainnya –yang terlihat karena kamma yang dihasilkan dari ketidak-serakahan, ketidak-bencian, dan ketanpa-delusian. Ini adalah tiga penyebab bagi asal-mula kamma.”

Dalam buku Abhidhammatasangaha, dijelaskan bahwa terus melakukan kamma tidak baik yang dominan disebabkan oleh keserakahan, akan menyebabkan terlahir di alam menderita yaitu alam Peta (Alam Hantu) dan Asura (Alam Raksasa).
Jika terus melakukan kamma tidak baik yang dominan disebabkan oleh kebencian, akan menyebabkan terlahir di alam menderita yaitu alam Neraka (Niraya-Bhumi)
Jika terus melakukan kamma tidak baik yang dominan disebabkan oleh kebodohan batin, akan menyebabkan terlahir di alam menderita yaitu alam Tiracchana (Alam Binatang)

Sebaliknya, dengan terus melakukan kamma baik, akan membuahkan hasil yang baik di kehidupan sekarang ataupun yang akan datang. Di kehidupan yang akan datang, akan menyebabkan terlahir di alam yang bahagia seperti alam surga, brahma. 

Setelah mengetahui penyebab-penyebab dari tindakan baik ataupun tidak baik serta mengetahui akibat dari tindakan-tindakan tersebut, hendaknya kita selalu waspada dalam melakukan tindakan melalui pikiran, ucapan dan perbuatan.

Demikian hendaknya kerap kali kita sadari


Sumber bacaan: 
Anguttara Nikaya- Chakka Nipata 39

Posting Komentar

0 Komentar