Sekilas Sutta (Bag. Anguttara Nikaya): Inilah 4 Kesamaan Pasangan untuk bisa Bersatu dalam Kehidupan Mendatang

Sama dalam Hidup

Kita hidup di dunia ini tentu akan ada orang lain yang bersama dengan kita, apakah itu keluarga, sahabat, kerabat, saudara, pacar, atau organisasi. Semua itu terjadi bukan hanya kebetulan semata, melainkan karena adanya ikatan karma dengan orang-orang tersebut. Begitu pula jodoh, atau yang biasa kita sebut kekasih, atau pasangan hidup, tentu memiliki ikatan karma dengan kita. Sungguh merupakan kondisi yang baik jika seandainya kita dapat menjalin jodoh karma yang baik dengan pasangan hidup. Hubungan yang langgeng, harmonis, tanpa ada cekcok, saling menghargai dan menyayangi, serta saling menjaga di masa sekarang bahkan di masa akan datang adalah harapan yang menjadi idaman semua pasangan. Memang sulit untuk memperoleh kondisi seperti itu, semua itu tergantung buah karma yang diperoleh. Tetapi kita dapat mengondisikannya jika kita mau, seperti kisah Nakulamata dan Nakulapita yang terdapat Anguttara Nikaya di bagian Catukka Nipata, sebagai berikut:
Pada suatu ketika Sang Bhagavā sedang menetap di tengah-tengah penduduk Bhagga, di Suṃsumāragira, di Taman Rusa di Hutan Bhesakalā. Kemudian, pada pagi harinya, Sang Bhagavā merapikan jubah, membawa mangkuk dan jubahNya, dan pergi ke kediaman perumah-tangga Nakulapitā, di mana Beliau duduk di tempat yang telah dipersiapkan. Kemudian perumah-tangga Nakulapitā dan istrinya, Nakulamātā mendekati Sang Bhagavā, bersujud kepada Beliau, dan duduk di satu sisi. Perumah-tangga Nakulapitā berkata kepada Sang Bhagavā:
“Bhante, sejak aku masih muda, ketika gadis muda Nakulamātā diserahkan kepadaku dalam pernikahan, aku tidak ingat pernah memperlakukannya dengan buruk bahkan dalam pikiran, apalagi
dalam perbuatan. Kami berharap, Bhante, agar dapat saling bertemu satu sama lain bukan hanya dalam kehidupan ini tetapi juga dalam kehidupan mendatang.”
Kemudian sang istri Nakulamātā berkata kepada Sang Bhagavā sebagai berikut: 
“Bhante, sejak aku masih muda yang diserahkan kepada perumah tangga muda Nakulapitā dalam pernikahan, aku tidak ingat pernah memperlakukannya dengan buruk bahkan dalam pikiran, apalagi dalam perbuatan. Kami berharap, Bhante, agar dapat saling bertemu satu sama lain bukan hanya dalam kehidupan ini tetapi juga dalam kehidupan mendatang.”
“Perumah-tangga, jika baik istri maupun suami ingin dapat saling bertemu satu sama lain bukan hanya dalam kehidupan ini tetapi juga dalam kehidupan mendatang, maka mereka harus memiliki
keyakinan yang sama, perilaku bermoral yang sama, kedermawanan yang sama, dan kebijaksanaan yang sama. Maka mereka akan dapat senantiasa saling bertemu satu sama lain  bukan hanya dalam kehidupan ini tetapi juga dalam kehidupan mendatang.”
Baik suami maupun istri memiliki keyakinan, 
murah hati dan terkendali oleh diri sendiri, 
menjalani kehidupan mereka dengan kebaikan,
saling menyapa satu sama lain dengan kata-kata menyenangkan,
Banyak keuntungan mendatangi mereka, dan mereka berdiam dengan nyaman.
Musuh-musuh mereka akan kecewa ketika keduanya setara dalam moralitas.
Setelah mempraktikkan Dhamma di sini, 
dalam perilaku bermoral dan pelaksanaan yang sama,
bergembira setelah kematian di alam deva,
mereka bersukacita, menikmati kenikmatan-kenikmatan indria.

Itulah cara menjalin jodoh karma yang baik, dengan sama-sama memiliki moralitas yang baik, memiliki keyakinan yang baik dalam Buddha Dhamma, sama-sama memiliki kedermawanan yang baik, serta memiliki kebijaksanaan yang setara. Oleh karena itu, persiapkan diri sebaik mungkin dengan mengembangkan moralitas, kedermawanan, kebijaksanaan, serta keyakinan dalam Buddha Dhamma. Ingat, hukum kamma berlaku. Dan seperti kata pepatah, "Jodoh adalah Cerminan Diri",jadi bagaimana jodohmu nanti itulah cerminan dirimu.

Salam Metta^^


Sumber bacaan:
Anguttara Nikaya - Catukka Nipata 

Posting Komentar

0 Komentar