Sekilas Sutta (Bag. Anguttara Nikaya): Kekuatan untuk mengatasi ketakutan

4 Kekuatan untuk mengatasi 5 Ketakutan

Dalam Anguttara Nikaya, terdapat 4 kekuatan yang patut dimiliki, yaitu: 
"(1) Kekuatan Kebijaksanaan
Dan apakah itu kekuatan kebijaksanaan? Seseorang telah melihat dengan jelas dan dengan kebijaksanaan mengeksplorasi kualitas-kualitas itu yang tidak bermanfaat dan dikenali sebagai tidak bermanfaat; yang bermanfaat dan dikenali sebagai bermanfaat; yang tercela dan dikenali sebagai tercela; yang tanpa cela dan dikenali sebagai tanpa cela; yang gelap dan dikenali sebagai gelap; yang terang dan dikenali sebagai terang; yang tidak boleh dilatih dan dikenali sebagai tidak boleh dilatih; yang harus dilatih dan dikenali sebagai harus dilatih; yang tidak selayaknya para mulia dan dikenali sebagai tidak selayaknya para mulia; yang selayaknya para mulia dan dikenali sebagai selayaknya para mulia. Ini disebut kekuatan kebijaksanaan.
(2) Kekuatan Kegigihan
Dan apakah kekuatan kegigihan? Seseorang membangkitkan keinginan untuk meninggalkan kualitas-kualitas yang tidak bermanfaat dan dikenali sebagai tidak bermanfaat; yang tercela dan dikenali sebagai tercela; yang gelap dan dikenali sebagai gelap; yang tidak boleh dilatih dan dikenali sebagai tidak boleh dilatih; yang tidak selayaknya para mulia dan dikenali sebagai tidak selayaknya para mulia. Ia berusaha, membangkitkan kegigihan, mengerahkan pikirannya, dan berupaya untuk hal ini. Ia membangkitkan keinginan untuk memperoleh kualitas-kualitas yang bermanfaat dan dikenali sebagai bermanfaat; yang tanpa cela dan dikenali sebagai tanpa cela; yang terang dan dikenali sebagai terang; yang harus dilatih dan dikenali sebagai harus dilatih; yang selayaknya para mulia dan dikenali sebagai selayaknya para mulia. Ia berusaha, membangkitkan kegigihan, mengerahkan pikirannya, dan berupaya untuk hal ini. Ini disebut kekuatan kegigihan.
(3) Kekuatan Ketanpa-celaan
Dan apakah kekuatan ketanpa-celaan? Di sini, seorang siswa mulia terlibat dalam perbuatan jasmani, ucapan, dan pikiran yang tanpa cela. Ini disebut kekuatan ketanpa-celaan.
(4) Kekuatan Memelihara Hubungan Baik
Dan apakah kekuatan memelihara hubungan baik? Ada empat cara ini untuk memelihara hubungan baik: memberi, ucapan kasih sayang, perbuatan baik, dan tidak membeda-bedakan. Di antara pemberian-pemberian, yang terbaik adalah pemberian Dhamma. Di antara jenis-jenis ucapan kasih sayang, yang terbaik adalah berulang-ulang mengajarkan Dhamma kepada seseorang yang tertarik dan mendengarkannya dengan menyimak. Di antara jenis-jenis perbuatan baik, yang terbaik adalah ketika seseorang mendorong, mengokohkan, dan menegakkan seorang yang tanpa keyakinan dalam kesempurnaan keyakinan, seorang yang tidak bermoral dalam kesempurnaan perilaku bermoral, seorang yang kikir dalam kesempurnaan kedermawanan, dan seorang yang tidak bijaksana dalam kesempurnaan kebijaksanaan. Di antara jenis-jenis tidak membeda-bedakan, yang terbaik adalah bahwa seorang pemasuk-arus setara dengan seorang pemasuk-arus, seorang yang-kembali-sekali setara dengan seorang yang-kembali-sekali, seorang yang-tidak-kembali setara dengan seorang yang-tidak kembali, dan seorang Arahant setara dengan seorang Arahant. Ini disebut kekuatan mempertahankan hubungan baik."

Jika seseorang yang telah memiliki 4 kekuatan tersebut, maka akan terhindar dari 5 ketakutan. Apakah lima ini? 
(5) takut pada kehilangan penghidupan, 
(6) takut pada kehinaan atau nama buruk, 
(7) takut pada ketakutan dalam kumpulan-kumpulan seperti merasa malu di depan umum,
(8) takut pada kematian, 
(9) takut pada alam tujuan kelahiran yang buruk, atau nasib masa depan yang tidak bahagia
Karena ia telah memiliki empat kekuatan maka ia akan merefleksikannya sebagai berikut: ‘Aku tidak takut dengan penghidupanku. Aku tidak takut pada keterhinaan, aku tidak takut pada ketakutan dalam kumpulan-kumpulan, aku tidak takut pada kematian, aku tidak takut pada alam tujuan kelahiran yang buruk. Mengapa aku harus takut terhadap semua itu? Aku memiliki empat kekuatan: kekuatan kebijaksanaan, kekuatan kegigihan, kekuatan ketanpa-celaan, dan kekuatan memelihara hubungan baik.
Seorang yang tidak bijaksana mungkin takut dengan penghidupannya; seorang yang malas mungkin takut dengan penghidupannya; seorang yang terlibat dalam perbuatan tercela melalui jasmani, ucapan, dan pikiran mungkin takut dengan penghidupannya; seorang yang tidak mempertahankan hubungan baik mungkin takut dengan penghidupannya.

Mari kita tinjau mengenai kasus-kasus yang ada dalam pendidikan!
Terkadang dalam menjalani pendidikan kita mengalami beberapa ketakutan yang disebutkan. Kebanyakan orang membawa ketakutan dalam kehidupannya di setiap kesempatan. Saya sebagai mahasiswa terkadang masih diliputi ketakutan akan masa depan, seperti "Kira-kira saya nanti kerja apa ya? Bisa nggak ya dapat kerja?". Atau yang saya dan sebagian besar teman-teman saya alami, yaitu ketakutan di depan umum, terutama bila tentang berbicara atau presentasi di depan umum, timbul ketakutan tersebut. Terkadang saya juga ada ketakutan tentang nama buruk, "Bagaimana jika nanti suatu saat nilai saya anjlok, dan pandangan orang terhadap saya menjadi berbeda?". Atau pemikiran "Bagaimana jika nanti saya tidak bisa menyelesaikan pendidikan ini?" Tentu semua ketakutan ini bisa menjadi sumber depresi bagi siswa, jika siswa tersebut tidak memiliki pemikiran yang bijaksana, tidak memiliki perilaku bermoral, dan tidak berbuat kebaikan sesuai Dhamma.
Tetapi, jika seseorang memiliki kebijaksanaan, ia akan tahu bahwa semua ketakutan itu hanyalah probabilitas yang kita reka-reka, dan belum tentu terjadi, karena tidak ada yang tahu apa akan terjadi. Jika seseorang memiliki semangat dan kegigihan dalam melawan ketakutan itu, dengan melalui usaha-usaha yang baik, maka apa yang ditakutkan tidak lagi menjadi halangan.
Jika seseorang berbuat kebaikan melalui ucapan, pikiran, dan jasmani, maka ia akan mendapatkan buah dari kebaikan itu. Karena apa yang ditanam itulah yang akan dituai.
Oleh karena itu, jika mengalami ketakutan, ingatlah bahwa semua ini memang tidak pasti, dan yang perlu kita lakukan adalah bersemangat dalam melakukan perbuatan ke arah kebaikan. Sama halnya di dalam pendidikan, kita tidak perlu takut kita akan kerja apa setelah lulus, atau takut akan kematian, takut masa depan yang tidak cerah, takut kita tidak diterima dengan baik di masyarakat, takut tidak bisa sukses, dan ketakutan-ketakutan lainnya. Yang terpenting adalah bagaimana kita dapat memaknai setiap proses yang kita lakukan selama pendidikan untuk menjadi pribadi yang lebih baik, dan tentunya dengan semangat.


Sumber bacaan:
Anguttara Nikaya - Navaka Nipata 5

Posting Komentar

0 Komentar